kami akan buktikan, bahwa "SETIAP LANGKAH ADALAH PERTARUHAN"
I. Penganiayaan di Hugos Café Maguwoharjo Depok Sleman DIY yang di lakukan oleh Kelompok Ormas KOTIKAM (Komando Inti Keamanan) Yogyakarta. terhadap anggota personel Kopassus An. Serka Santoso hingga meninggal Dunia.
II. FAKTA – FAKTA :
1. Pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2013 pukul 02.30 Wib bertempat di Hugos Café Maguwoharjo Depok Sleman DIY telah terjadi penganiayaan yang di lakukan oleh sekelompok Preman dan orang berambut Cepak berbadan Tegap dengan ciri ciri seperti anggota Polda Jogja terhadap personel Kopassus An. Serka Santoso hingga meninggal Dunia. Pada Jam 00.40 Awal mula kejadian semula korban datang ke Hugos Café bersama 1 rekan, kemudian terjadi keributan antara Korban dengan sdr. Dedy alias Adrianus Chandra Galaja kemudian Sdr. Dedy menghubungi Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan, sdr. Benyamin Sahetapy alias Decky dan Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi Di asrama Polresta Jogja. Kemudian mereka mendatangi Hugos Cafe.
2. Sesampai di dalam hugos Café Sdr. Decky bertanya kepada korban “ Kamu dari Mana“ ? lalu korban menjawab “saya anggota Kopassus”. Saat itu posisi yg paling Depan adalah atau yg paling dekat dengan Korban adalah Bripka Johan alias Juan. Dan disebelah kiri korban adalah sdr. Dedy serta disebelah kanan korban adalah sdr. Adi. kemudian Decky menantang Korban untuk berkelahi sambil melemparkan asbak ke arah Korban, setelah melempar Korban, Decky masuk ke dalam Café. Kemudian saat keluar Decky memukul kepala Korban menggunakan Botol yg ada dimeja didepan Korban, mengenai pelipis kanan korban hingga botol pecah, saat korban terhuyung dan akan Jatuh tiba-tiba sdr. Dedy menikam korban sambil belati ditarik tepat pada bagian dada sebelah kiri, Setelah melakukan penusukan Dedy melarikan diri.
Saat Korban Jatuh, 3 org tidak dikenal (3 org ini diperkirakan Anggota Polri, krn datang bersama dengan Bripka Juan dari Asrama Polresta Jogja) menendang dan memukul Korban yang sudah terkapar, Melihat kejadian tersebut, Bripka Juan berteriak “Tolong dibawa”, langsung ke 3 org tersebut menyeret Korban dengan menarik bagian kaki. Dan pada saat kejadian tersebut, banyak anggota Polda Jogja yang berkunjung ke Hugos Kafe. selanjutnya korban dibawa oleh security menuju RS Bethesda menggunakan Taksi, saat dalam perjalanan Korban meninggal dunia. Dengan mengalami luka
Cat : Decky kemana-mana selalu membawa Belati
3. Setelah kejadian, 4 dari 7 pelaku di tangkap, Bripka Johan ditangkap di Rumah Dinas Polresta Jogja oleh Polda Jogja, adalah Bohong jika Bripka Johan melawan saat ditangkap, saat ditangkap dia kooperatif, hanya ada kekhawatiran dari Bripka Johan saat penangkapan, karena beberapa preman binaannya ingin melawan aparat. Kemudian Bripka Johan dan aparat Polres Sleman menuju rumah Decky. Kemudian sdr Decky ditangkap. Saat penangkapan Decky juga tidak melawan. Namun berdasarkan pengakuan dari yang bersangkutan, beberapa barang miliknya hilang diantaranya, Kalung Salib Emas dan uang +- 20 jutahilang dari tempat tinggalnya. Dia hanya bisa mengamankan 2 batu cincinya. Kemudian dilanjutkan penangkapan sdr Dedy dan Adi, Penangkapan ke-2 tersangka ini dilakukan oleh Reskrim Polda Jogja. Awalnya 4 pelaku ini ditahan di Polres Sleman, karena alasan Khawatir yang tidak beralasan, oleh Polda pelaku dipindahkan ke Rumah Tahanan Polda. Dan menjalani pemeriksaan. Langsung dijadikan tersangka
4. Pada tanggal 20 Maret 2013, Jam 10.00, Sertu Sriyono anggota Korem Jogja di Bacok oleh Sdr. Marcel, Marcel adalah rekan dari 4 tersangka yang telibat pengeroyokan Serka Santoso..
5. Pada saat itu juga, seluruh Anggota Grup-2 Kopassus, diperintah oleh Komandan Grup-2 Kopassus, tidak ada yang keluar Asrama tanpa terkecuali, dan dilaksanakan Apel pengecekan dari Pagi Hingga Malam.
6. Pada tanggal 22 Maret 2013, pada jam 08.45 diadakan sidang PDTH (pengakhiran Ikatan Dinas dengan tidak hormat) terhadap Bripka Johan. Pada Jam 09.00, 4 tahan ini dititipkan di LP Sleman.
7. Pada tanggal 22 Maret 2013, jam 09.00 11 tahanan di dibawa ke LP Sleman utk menunggu sidang pengadilan. 4 tahanan kasus pengeroyokan Serka Santoso dan 7 tahanan Narkoba. Mereka dikawal Brimob dengan sejata lengkap dan di ikat seperti Teoris
8. Pada tanggal 23 Maret 2013, jam 01.30 LP Sleman diserang orang tidak dikenal, dan menembak Mati 4 tahanan pelaku pengeroyokan Serka Santoso. Pelaku penyerangan menggunakan 5 mobil, berpakaian mirip dengan seragam Brimob dan Densus-88 yaitu,
a. Menggunakan senjata AK-47 dan AK-101 China,
b. Menggunakan Tutup Wajah / Shebo
c. Rompi Anti Peluru Warna Hitam
d. Membawa Granat
III. Kesimpulan Awal :
1. Seluruh pelaku adalah rekanan dan binaan Bripka Johan, Bripka Johan awalnya anggota Brimob Kupang, istrinya adalah seorang Dokter di Kupang, karena pernah melanggar, dia dipindahkan ke polresta Jogja di Polsekta Jogja, kemudian terlibat Kasus Narkoba. Saat kejadian status Bripka Johan baru bebas dari Tahanan Polri, Bebas Bersyarat. Bripka Johan adalah pemasok Narkoba Di Kafe Hugos dan Kafe Bosce.
Sdr Dicky juga adalah Residifis. Dia adalah Security dibeberapa Hiburan malam di jogja, Depkolektor dan pengawalan. Sdr. Decky juga baru tahun kemarin bebas dari LP Jogja, karena kasus pembunuhan org Papua, korban dipukul kepalanya dengan Botol sampai tewas. Karena sepak terjangnya Decky diangkat menjadi Pengurus Ormas KOTIKAM Jogja (Komando Inti Keamanan) ormas ini diketuai oleh Roni Kintoko.
Sdr. Dedy adalah anak buah dari Bripka Johan dan Decky. Dia juga anggota dr Ormas Kotikam Jogja. Dedy yang melakukan penusukan terhadap Korban lebih dr 1 Kali, Pisau yang digunakan adalah belati milik Sdr. Dicky, jadi saat Dicky kedalam Kafe, dia mengambil belati dan diserahkan kepada sdr. Dedy. Demikian juga dengan Sdr. Adi
Seluruh pelaku sering mangkal di Hugus Kafe, Hugos Kafe merupakan tempat Dugem anggota Polda Jogja dan memasok Narkoba.
2. Bahwa Korban Serka Santoso tidak hanya pukul dengan Botol tetapi korban juga ditikam, Diijak, ditendang serta diseret kakinya, hal itu yang menyebabkan 6 tulang Rusuknya Patah, Luka 23 cm di Dada sebelah Kiri dan memar di pelipis Kiri. Namun sampai saat ini Polda Jogja tidak menangkap 3 pelaku yang menginjak, menendadang serta menyeret korban, sebenarnya Polda sudah Tahu 3 pelaku tersebut, dan patut diduga ada sesuatu yang disembunyikan oleh Polda Jogja berkaitan dengan 3 orang tersebut.
3. Selain malakukan penangkapan, Reskrim Polda Jogja Juga melakukan pencurian terhadap Barang dan Uang milik Sdr. Decky. Yaitu berupa Kalung Salib Emas dan Uang + 20.000.000, hilang dari tempat tinggal Sdr. Decky, tidak sampai di situ, Penyidik Polda Jogja juga melakukan penganiayaan terhadap Sdr. Dedy yang mengakibatkan sekujur tubuhnya Luka memar dan Lebam, termasuk Sdr. Adi disiksa hingga 3 gigi depannya Tanggal.
4. Polda Jogja telah berbohong, dengan mengatakan bahwa Bripka Johan adalah pecatan, terbukti Bripka Johan Disidang pemecatan dilakukan setelah pengeroyokan di kafe Hugos. Sebelum di titipkan ke LP Sleman, Bripka Juan dihadapkan ke Sidang Pemecatan di Polda Jogja, sidangnyapun singkat hanya 5 menit, hal ini membuktikan bahwa Polda sengaja memojokkan Bripka Juan, setelah dipecat dalam wakktu 5 menit, bripka Juan dan 3 tersangka lainnya di titipkan ke LP Sleman. Yang dibawa ke LP Sleman, bukan hanya Bripka Juan CS, tapi termasuk 7 Tahanan Polda Jogja terkait Kasus Narkoba. Tapi Sdr. Marcel pelaku pembacokan Sertu Sriyono tidak di titipkan di LP Sleman.
Menanggapi Sidang pemecatan tersebut, Bripka Johan mengatakan, "saya juga penyidik, saya tahu ini janggal, tapi nanti saya akan banding setelah 8 hari, dan akan mengungkap 3 anggota Brimob yang terlibat pemukulan dan menyeret anggota Kopassus itu"., berdasarkan pengakuan Bripka Juan ini sangat jelas, bahwa dia dipecat 15 menit sebelum dipindahkan ke LP Cebongan Sleman. Hal ini semakin menguatkan ada sesuatu hal yang disembunyikan dan ditutupi oleh Polda Jogja, Jika Bripka Juan masih anggota Polri aktif. Masih menempati Rumah Dinas Polresta Jogja. Tidak sampai di situ, Bripka Juan juga dibawa dengan tangan di ikat dan ditodong dengan senjata. Bripka Johan tidak terlibat pada kasus pengeroyokan Serka Santoso di Hugos Cafe Jogja, justru Bripka Johan yg melerai dan menolong Korban, jadi tidak ada alasan kekhawatiran dari Pihak Polda Jogja akan ada serangan dari Kopassus. Ini adalah situasi yang diciptakan sendiri oleh Polda Jogja, Dan tidak ada alasan Kopassus mengincar Bripka Johan. Dikalangan Polresta dan Brimob Jogja, Bripka Johan kurang disukai oleh rekan rekannya. Itulah Polisi, demikian juga Sdr. Adi, dia tidak terlibat pengeroyokan, kok bisa Polda menahan dan menjadikannya tersangka.
5. Awalnya 4 pelaku dan Pengacaranya menolak dititipkan ke LP Sleman, Tapi Polda Jogja tetap Ngotot membawa mereka, dengan alasan Ruang Tahanan Polda sedang Direhab, tapi setelah di cek, Ruang tahanan tersebut masih Layak dan tidak ada perbaikan. Sebelum dibawa ke LP, Bripka Johan meminta kepada istrinya untuk menyiapkan jas yang bersih dan rapi, sambil mengatakan "Saya mengaku bersalah, saya cinta Korp Polri dan negara ini, Jikapun saya Mati, saya ingin mati secara terhormat seperti Prajurit Tentara”. Seolah-olah Bripka Johan dalam tekanan berat dan merasa jiwanya terancam. Saat dimasukkan kedalam blok LP Sleman Bripka Johan Sempat menunjukkan Respeknya kepada petugas, dengan mengambil sikap siap, dan memberikan penghormatan ("kepada Petugas, Hormat Gerak, tegak Gerak"). Bripka Johan juga mengatakan, saya kok diperlakukan seperti Teroris, di ikat dan ditodong dengan Senjata.
Disini perlu kita tegaskan Bahwa, Yang mengantar 4 Tahanan adalah Polda Jogja, yang memasukkan kedalam Ruang Tahanan adalah Polda Jogja dan yang tahu lingkungan LP adalah Polda Jogja. Bripka Juan ditempatkan di ruangan A-5 bersama Decky, sedangkan Ady dan dedi ditempatkan di Ruang A-10. Adi dan Dedy sempat ditempatkan bersama 7 tahanan Narkoba lainnya, oleh Polda dikembalikan lagi ke ruang tahanan tersendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ke 4 tahanan ini sudah ditargetkan untuk dieksekusi mati. Mereka tidak disatukan dengan tahanan lain.
6. Sampai saat ini Polda Jogja, tidak mau mengungkap dan menangkap siapa Pelaku yang menendang serta Menyeret Korban (Serka Santoso), hal ini sempat menjadi tanya tanya dari Bripka Juan, Bripka Juan mengatakan “biasalah Polisi, yang penting sudah nangkap satu, agar terlihat berhasil” berarti 3 orang ini masih Buron, beberapa Rekan Bripka Juan juga melihat kejanggalan dari kasus ini, seperti Rekaman CCTV di Hugos Cafe telah di edit dan di sita, yang telihat di Rekaman CCTV hanya saat pemukulan yang dilakukan oleh Sdr. Decky dan penusukan yang dilakukan oleh Sdr. Dedy, awal saat Korban dan pelaku datang tidak ada, demikian juga saat Korban ditendang dan diseret oleh 3 orang tak dikenal tersebut. Rekan Bripka Juan pun (sesama anggota Polda Jogja) melihat kejadian ini janggal, dalam waktu kurang dari 24 jam pelaku ditangkap dan dijadikan tersangka, kemudian dititipkan di LP Sleman, kemudian di eksekusi di LP. Untuk menekan Pihak Hugos Kafe berkaitan dengan rekaman CCTV, Polda Jogja mengancam akan menutup Hugos Kafe, semua orang tahu bahwa Perijinan Usaha bukan di Kepolisian atau Polda tapi Hak dari Pemda DI Yogyakarta. Bukan kepolisian. Dalam hal ini Polisi tidak punya Hak, sudah melampaui wewenang.
7. Pada awalnya, Ka Lapas Sleman keberatan atas penitipan tersebut, karena tidak sesuai dengan prosedur dan 2 dr 4 tersangka, dalam keadaan luka, sebelum di bawa ke LP sdr. Dedy dipanggil oleh org yg menyeret serka santoso di kafe Hugos, saat keluar seluruh badannya memar dan lebam. Kemudian sdr. Adi 3 gigi depannya tanggal serta bibirnya bengkak berdarah. Awalnya Ka Lapas akan mengembalikan tahanan titipan tersebut ke Polda, tapi tdk ada jawaban dari Polda, kemudian jika malam ini tidak bisa, Ka Lapas akan tetap mengembalikan ke 4 tahanan titipan tersebut ke Polda jogja. Namun malamnya Lapas Sleman diserang oelh orang bertopeng menggunakan senjata dan menembak Mati 4 tahanan yang dititipkan Polda Jogja.
8. Pelaku penyerangan di LP Sleman, menggunakan penutup Wajah, senjata lengkap, menggunakan 5 kendaran, mereka adalah orang yang terlatih, tapi tidak hanya Kopassus yang terlatih, Masyarakat sipil dan aparat lainpun terlatih Densus-88 juga terlatih, jika yang dituduh adalah anggota Kopassus itu kemungkinan kecil. Karena Para Pelaku penyerangan yang lebih dari 16 orang, sepertinya sudah kenal betul dengan Lingkungan dan situasi LP Sleman, terbukti:
a. Pelaku penyerangan juga Tahu dimana meletakkan Mobil, karena mereka masuk ke Area LP Sleman menggunakan 5, 4 mobil langsung menuju Area LP Sleman dan 1 menunggu diluar.
b. Pelaku tahu betul dan hafal dimana letak CPU yang menyimpan rekaman CCTV LP. Sleman, kemudian dicuri oleh penyerang.
c. Pelaku penyerangan Tahu, bahwa sistem penguncian di LP Sleman dari dalam dan Luar, setelah mereka melumpuhkan penjaga di depan dan merampas Kunci, kemudian membuka pintu dengan Kunci, merusak pintu dan membuka kunci dalam dari lobang pecahan Pintu.
d. Pelaku penyerangan juga mengetahui dimana ruangan ke-4 tahanan tersebut dititipkan, kemudian mengeksekusinya
Kejadian ini sepertinya sudah direncanakan dengan Matang dan para pelaku tahu dan hafal Area LP Sleman. Sehebat apapun Kopassus, hal ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu 16 Jam, sedangkan Kopassus tidak pernah ke LP Sleman dan melakukan pengamatan sampai ke dalam ruangan LP Sleman, yang tahu situasi dan keadaan LP Sleman adalah aparat yang mengantar Tahanan, Masyarakat dan keluarga penghuni LP Sleman.
9. Para Pelaku langsung menuju ruang Tahanan dan mengeksekusi 4 tahanan, Ke-4 tahanan tersebut ditembak Mati di 2 ruangan berbeda. Krn di TKP terdapat Selongsong Peluru kaliber 9 mm dan 7,62 mm, tapi keterangan Kadiv Humas Mabes Polri mengatakan di TKP hanya ada selongsong munisi kaliber 9 mm tidak menyebut selonsong munisi lain. Kemudian kondisi Bripka Juan selain luka tembak di Kepala¸ terdapat. 3 luka tusukan di dada kanan, 1 tusukan di dada kiri dan lengan kirinya Patah. Sedangkan Adi selain luka tembak, terdapat luka memar di wajah sebelah kiri dan pergelangan tangan kiri Patah. Sedangkan Decky dan Dedy hanya terdapat Luka tembak. Jadi tidak benar pemberitaan dari media bahwa ke 4 tahanan tersebut langsung diberondong oleh penyerang, karena 2 diantaranya sempat dianiaya terlebih dahulu.
10. Mendengar ada kejadian penyerangan dan pembunuhan di LP Sleman, Komandan Grup-2 langsung mengumpulkan dan mengecek anggotanya hal tersebut selain perintah dari Pangdam IV Diponegoro juga menjadi Protap di Kopassus apabila ada kejadian, asrama langsung di Alarm. Jarak tempuh antara Sleman dengan Jogja adalah + 1,5 Jam, jadi tidak mungkin dalam waktu tersebut mereka bisa tiba dengan cepat di Asrama Grup-Kopassus Kartosuro dan bisa hadir saat apel pengecekan. Apalagi Pintu Ksatrian Grup-2 Kopassus jika Malam Hanya 1 Pintu yang di Buka, itupun harus melewati 2 Pos penjagaan, jadi sangat kecil kemungkinan anggota Kopassus terlibat dalam pnyerangan tersebut. Dan hal ini bertambah janggal, karena saat kejadian Polda Jogja dan Jawa tengah tidak melakukan sweeping dijalan guna mencegah pelaku melarikan diri, tapi hal ini tidak dilakukan.
11. Mengenai pembentukan Opini Publik oleh Media Masa yang seolah-olah bahwa pelaku penyerangan tersebut adalah Kopassus dan secara tidak langsung menuduh Kopassus serta pernyataan Anggota Kimisi 3 DPR RI, Ahmad Yani, hal ini menandakan ketidak tahuan beliau tentang Senjata, Munisi dan Balistik serta tidak menempatkan diri sebagai penengah untuk mencari siapa pelaku yang sebenarnya serta penyelesaian permasalahan tersebut dan cenderung memojokkan Kopassus dengan mengatakan ;
a. Masalah Jogja adalah masalah Hukum, berarti wewenang Keamanan ada di tangan Kepolisian bukan TNI.
b. Senjata yang digunakan adalah Senjata Organik TNI, sudah jelas adalah senjata yang digunakan oleh TNI
c. Kok Pangdam IV, Cepat mengambil kesimpulan, bahwa tidak ada anggotanya yang terlibat, Pangdam ini bisa di copot, sudah jelas kok, Senjata yang digunakan untuk menyerang adalah Senjata TNI Jenis SS-1, buatan Pindad.
d. Penyerang juga menggunakan Rompi Anti Peluru. Dan senjata Khusus?
e. Media TV One memberitakan sangat berlebihan termasuk Tempo
Kalau Media massa sudah jelas, siapa yang meminta penayangan berita saja yang di publikasiskan, selama ini Kopassus diam saja tidak menanyakan dan melakukan konfrensi Pers tentang anggotanya yang di Bunuh, Jika Anggota Komisi-3 DPR RI Pak Ahmad Yani Basuki saja bisa dikelabui dan dibohongi, seperti cerita anak kecil, “Pak, saya diserang, kemudian ditembak, padahal mereka sendiri yang memulai dan menciptakan hal tersebut., media dan kelompok yang berkepentingan dikelabui, bagaimana dengan Rakyat, Tapi Bapak Ahmad Yani Basuki tidak melakukan atau memberikan pendapat tentang Proses pemecatan Bripka Juan yang tidak sesuai prosedur, pemecatan dilaksanakan setelah kasus ini mencuat yang sebelumnya, Pihak Polda menyatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan Polda Jogja.
Saya pernah bertanya dan menawarkan file saya kepada waertawan Tempo, dia menjawab “ Sorry mas, kita tidak berani, karena kasus ini sudah di Police Line oleh Polisi”
Pertanyaanya adalah :
a. Dari mana Pak Ahmad Yani dan Media tahu bahwa senjata yang di gunakan oleh penyerang menggunakan senjata SS-1 Pindad ? kuat dugaan adalah beliau menonton hasil Rekaman CCTV karangan Polda untuk mencari Simpati, jika dari Rekaman CCTV, berarti pemberitaan media selama ini bahwa saat penyerangan Pelaku menggondol CCTV adalah berita bohong yang sengaja dihembuskan, seolah olah pelaku penyerangan lihai dan terlatih. Jika benar itu senjata SS-1 Pindad, tentu ada nomornya, berapa Nomornya ?
b. Apakah Pak Ahmad Yani tahu pengertian Senjata Khusus ? dan pernah melihat serta menggunakan senjata tersebut ? SS-1 Bukan senjata Khusus, senjata Khusus adalah senjata Sniper dan Mitraliur. SS-1 Bukan senjata Khusus tapi Senapan Serbu jadi SS-1 adalah Senapan Serbu-1
c. Mengenai pencopotan Pangdam-IV / Diponegoro karena cepat mengambil kesimpuan atas kejadian tersebut, kita tidak tahu apakah Pak Ahmad Yani punya wewenang atau Tidak (Pak Yani tentu masih ingat peristiwa Alex Kawilarang?), yang jelas Pernyataan Pangdam-IV / Diponegoro adalah Benar, cepat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada anggota TNI apalagi Kopassus yang terlibat, dari pernyataan Pak Ahmad Yani Basuki saja sudah dijawab sendiri oleh Pak Ahmad Yani Basuki, “bahwa pelaku penyerangan menggunakan Senjata SS-1 Pindad, mengapa dijawab sendiri ? “KARENA GRUP-2 DAN SELURUH ANGGOTA KOPASSUS TIDAK MENGGUNAKAN SENAPAN SS-1 PINDAD” yang menggunakan senjata SS-1 dan FNC kaliber 5,56 mm adalah BRIMOB POLRI DAN BRIMOB JOGJA MENGGUNAKAN SENJATA SS-1, FNC DAN AK-101 CHINA. Dan sangat tidak mungkin Anggota Kopassus bisa keluar senjata sembarangan karena Jam 17.00 gudang senjata sudah ditutup, tidak ada senjata, munisi dan Bahan peledak yang keluar masuk. Jikapun ada harus melalui beberapa prosedur, mulai dari melapor ke Pejabat, melapor ke pejabat, mengurus Surat ijin, menghubungi pejabat Gudang, munukar kartu keluar masuk kunci senjata, karena seluruh senjata di Kopassus dirantai dan di Gembok, mengurus surat serah terima senjata dll, belum lagi melewati 3 lapis kunci pintu gudang senjata. Aparat yang mudah mengakses senjata di Indonesia dalam waktu singat dan besar adalah BRIMOB POLRI.
INI PAK, APARAT YANG MENGGUNAKAN SENJATA AKA, SILAHKAN BAPAK USUT, PERIKSA GUDANGNYA SERTA MUNISI YANGDIGUNAKAN
d. Pak Ahmad Yani lupa selain rekaman CCTV, di TKP terdapat Selongsong Peluru 7,62 mm, yg digunakan oleh senjata AK-47, yang menggunakan Senjata AK-47 adalah BRIMOB POLRI, kemudian terdapat Selongsong munisi 5,56 mm / MU-5 TJ, munisi ini bisa digunakan di senjata SS-1 Pindad, M-16 A1, dan senapan AK-101 China, yang menggunakan senapan SS-1 Pindad dan AK-101 China adalah BRIMOB POLRI.
e. Tentang Rompi Anti Peluru, mungkin yang dilihat adalah Fet yang berbentuk Rompi, terlihat berwarna Hitam, sedangkan DI GRUP-2 KOPASSUS MEREKA MEMILIKI 2 JENIS ROMPI ANTI PELURU YANG MEMILIKI CORAK LORENG TNI DAN LORENG DARAH MENGALIR. Yang menggunakan Rompi Anti Peluru berwana Hitam adalah BRIMOB POLRI.
12. Pernyataan Polda bahwa ke 4 tersangka ditangkap oleh Polda dan barang Bukti Botol dan Pisau ditemukan di TKP. Pernyataan tersebut tidak benar, Barang bukti pisau ditemukan bukan di Hugos Kafe, tapi ditemukan di tempat tinggal Sdr. Dedy bukan di Hugos Kafe.
13. Polisi tidak konsisten menangani permasalahan Jogja, serta cenderung mencari pembenaran, Pembentukan Opini Publik sudah keluar dari Substansial permasalahan yang sebenarnya, pelaku pengeroyokan Serka Santoso berjumlah 7 orang, 3 masih Buron, kemudian keterkaitan pembacokan Sertu Sriyono yang dilakukan oleh Marsel sampai saat ini tidak diungkap, apa motIf dari pembacokan tersebut, serta kesalahan prosedur pemecatan Bripka Juan oleh Polda Jogjakarta.
14. Polda masih menutupi 3 anggotanya yang terlibat Kartel Narkoba terbesar di Jogja dan terlibat penjebakan terhadap Bripka Juan, Bripka Juan sengaja disingkirkan oleh rekan dan Institusinya sendiri yaitu Polri, karena sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi mudah dilacak, akan ada penggantian Kartel Narkoba. Kemudian Polda Jogja memnbuat cerita bohong berkaitan dengan penyerangan LP Sleman. Polda harus jujur dan mau mengungkapnya, jika tidak saya akan menunjukknya sendiri di sini. 2 agen Kartel Narkoba Polda Jogja saat ini aman di Polda Jogja, pemasok Kartel Narkoba di Indonesia adalah Mantan Komandan Densus-88 Gories Mere, pelaksananya adalah Petrus Golose Deputi-IV / Penindakan BNPT, pertanyaannya adalah Gories Mere orang Mana ? sindikat Karte Narkoba ini berbasis di Rumah ATM Polri yaitu Kampung Ambon. Dan Gories Mere pernah berseteru dengan jenderal Polisi yang sangat Galak memberantas Narkoba yaitu Komjen Pol Oegroeseno (saya harus minta maaf sama Bapak ini).
15. Dari runtutan kejadian, Korban, Barang Bukti di TKP, serta UPAYA pembentukan opini Publik oleh Polri melalui media massa, yang cenderung menutupi kejadian yang sebenarnya, sangat jelas bahwa ini adalah Fitnah. KESIMPULANNYA ADALAH TNI APALAGI KOPASSUS TIDAK TERLIBAT KASUS PENYERANGAN DI LP SLEMAN, mengapa pihak Kepolisian tidak melakukan pembuktian terbalik. Tanpa menuduh pihak dan Institusi tertentu, yang jika dikaitkan satu sama lain baik korban, TKP, Bukti di TKP serta kegiatan. Tidak satupun menunjukkan keterlibatan Kopassus maupun institusi TNI. Polri harus jujur dan Fair dalam mengungkap dan menangani kasus Jogja, membuka siapa saja yang terlibat, seluruh pelaku termasuk 3 orang yang masih buron dan tidak pernah diungkap oleh Polri, tanpa harus menutup-nutupi serta berbohong, tanpa berusaha seolah olah dipojokkan, dan menunjukkan Barang bukti yang sebenarnya, termasuk rekaman CCTV di Hugos Kafe secara utuh tanpa di edit dan di rusak, karena merusak barang bukti adalah suatu tindakan kejahatan melawan Hukum. “TEGAKKAN HUKUM DENGAN TIDAK MELANGGAR HUKUM. BUKAN MINTA DIKASIHANI.
Mungkin anda akan mengira bahwa tulisan dan fakta di atas adalah suatu kebohongan dan mengarang ngarang :
perhatikan foto di bawah ini dan Uji Balistiknya, KAMI MENANTANG SELURUH AHLI BALISTIK POLRI UNTUK MENJELASKAN GAMBAR INI :
Mayat Benyamin Sahetapy alias Decky, decky mengalami Luka tembak di perut sebelah kiri dan ulu Hati, kemungkinan Korban di tembak saat duduk, terlihat di Gambar selongsong munisi kaliber 7,62 mm, dan pelor mengenai tembok (lingkaran Kuning). Korban ditembak saat membelakangi Pelaku karena bekas luka masuknya pelor lobangnya terlihat kecil, (tempat keluarnya pelor, luka akan terbuka keluar dan besar)
Mayat Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan, karena Luka tembak di Bagian belakang Kepala dari luka yang cukup besar, dan kepala bagian belakang terbuka, kuat diduga munisi yang digunakan adalah kaliber 7,62 mm digunakan di Senjata AK-47, selain luka tembak, di dada kanan korban terdapat beberapa Luka Tusuk benda Tajam, dan Lengan Kiri Patah, terlihat di Gambar lengan kiri Korban tertekuk. Bripka Juan dieksekusi setelah Sdr. Decky di eksekusi, Kaki yang nampak di Gambar adalah Kaki saudara Sdr. Decky, terlihat ada darah kepala Bripka Juan yang muncrat di kaki Kanan Sdr. Decky (lingkaran Kuning). Panah merah adalah lintasan peluru saat Bripka Juan di tembak. Terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm di bagian atas kepala Korban (lingkaran Putih).
Korban, Dedy alias Adrianus Chandra Galaja, terdapat 2 luka tembak di Punggung Kiri, korban ditembak dari belakang, tampak terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm (lingkaran Kuning) Sdr. Adi berada di Kaki sdr. Dedy.(Panah Merah)
Selain 2 tembakan di punggung, Dedy juga ditembak kepalanya, namun mengenai bagian Mulut, terlihat di gambar, Dedy ditembak dalam keadaanan tiarap, ditembak dari samping kiri.
Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, Korban di tembak tepat di bagian pipi sebelah kiri tembus ke belakang, kemungkinan Korban di tembak dalam keadaan Jongkok, terlihat percikan darah di tembok serta Pantulan peluru (lingkaran Kuning), pergelengan tangan kiri korban terlihat Patah. Terdapat selongsong Munisi Kaliber 7,62 mm (lingkaran merah), sedangkan darah yang merembes di dekat tangan Adi adalah Darah sdr. Dedy. (Panah Kuning, Posisi sdr. Adi), Arah Lintasan Peluru (Panah Merah)
BEBERAPA KEJANGGALAN KASUS JOGJA DAN DIDUGA KUAT PELAKU PENYERANGAN ADALAH ANGGOTA POLRI YANG TERLIBAT KARTEL NARKOBA
1. Bripka Juan diinfokan sudah dipecat, ternyata masih Aktif. Prose pemecatan Bripka Juan tidaks sesuai dengan Prosedur dan ini juga harus diperhatikan oleh Tim Investigasi
2. Bripka Juan dan Adi tidak terlibat pengeroyokan Serka Santoso, namun kedua orang ini ditahan dan dijadikan tersangka dan dititipkan ke LP Sleman.
3. Saat penyerangan LP. Sleman, seluruh CCTV, yang memantau Lalu Lintas dari Jogja hingga Klaten dan Sukoharjo, dalam keadaan tidak menyala, yang memiliki wewenang dalam hal ini adala Polri, mengapa ? agar pelarian pelaku penyerangan di LP Sleman tidak terpantau oleh CCTV.
4. Kuat diduga, Pelaku penyerangan adalah ANGGOTA POLDA JOGJA YANG MENCURI KALUNG SALIB DAN UANG Rp. 20.000.000 milik Decky, untuk menghilangkan jejak.
5. Seluruh korban terlibat kasus Narkoba.
6. Statement Kadiv Humas Mabes Polri adalah Statement Bangkai dan Sampah, Jenderal Polisi ini terlihat pintar tapi Bodoh, adanya suatu kasus, pasti ada sebabnya, mengapa yang dibahas hanya kasus penyerangan LP Sleman, sedangkan sebelumnya ada kasus lain yang saling berkaitan, Jenderal Polisi Bodoh.
7. Adanya pendapat Hendardi bahwa pelakunya adalah TNI, kalau di Monyet ini semua orang sudah tahu, selain asal ngomong juga suka menuduh. Antek Amerika, termasuk Komnas HAM.
8. Dalam suatu kasus yang bersinggungan dengan TNI sedikit saja, Komnas HAM langsung berteriak, tapi saat Gerombolan Kepolisian membantai Rakyat, Komnas HAM diam saja, pura-pura Gila. Ada beberapa kasus kejahatan kemanusiaan yang ditutupi oleh Kopmnas HAM yang bermain mata dengan Polri melibatkan beberapa petinggi Polri termasuk Wakapolri. Apakah anda Heran ? tidak usah, saat pembantaian warga Bosnia Timur Pradopo ada di sana.
9. Bripka Juan dan kawan kawan sengaja disingkirkan atas pemintaan Kartel Narkoba Jogja. Yang melibatkan Anggota dan Petinggi Polri.
10. Ormas Kotikam ini sudah sering membuat Onar dan melakukan kejahatan serta mengedarkan Narkoba di Jogjakarta seta pembunuhan :
a. Pada Bulan Februari 2013, anggota Ormas Kotikam yg bernama Joko melakukan pengeroyokan terhadap anggota Yonif-403
b. Pada tahun 2012, Ormas Kotikam juga pernah mengeroyok Mahasiswa Jogja asal Bali hingga tewas.
c. Pernah membunuh Warga Papua.
11. Media dan Polri mengatakan bahwa Pelaku penyerangan LP Sleman masuk dan memberondong korban dengan Tembakan, hal ini dilakukan untuk menutupi kejadian yang sebenarnya, Bahwa sebelum ditembak Korban disiksa terlebih Dahulu, dari hasil Otpsi dan Forensik, terbukti bahwa Bripka Juan disiksa terlebih Dahulu, yang mengakibatkan LENGAN KIRINYA PATAH, 2 LUKA TUSUK DI DADA KANAN, DAN SATU TUSUKAN DI DADA KIRI. Sedangkan Adi PERGELENGAN TANGAN KIRINYA PATAH. Berarti Polisi telah berbohong dan Media Masa digiring untuk mengalihkan dan membentuk opini publik bahwa bukan Polisi pelakunya.
12. Ada pemaksaan kehendak dan melampaui wewenang yang tidak sesuai dengan prosedur yang dilakukan oleh Polda Jogja dan Lapas Sleman.
13. Saat otopsi, ditubuh ke 4 korban ditemukan 31 proyektil peluru kaliber 7,62 mm, tapi keterangan awal ditemukan 13 Selongsong Peluru 7,62 mm, bagaimana mungkin 13 menjadi 31 ? dan sangat tidak mungkin pyoyekti 7,62 mm bersarang di tubuh korban, jika demikian 7,5 butir dihujamkan ke setiap 1 korban, sedangkan ditiap korban terdapat 3 luka tembak, (lihat gambar) sedangkan Dedy 3 tembakan termasuk mengenai mulutnya dari sebelah kiri.
14. Adalah Bohong, ada tahanan yang berteriak “Hidup Kopassus” saat 4 korban di tembak, bagaimana mungkin jika Kopassus melakukan penyerangan, kemudian menunjukkan Identitas, ini hanyalah akal akalan Polda Jogja untuk mengalihkan perhatian, seolah Olah pelakuknya adalah Kopassus. Dan sangat tidak mungkin ditengah orang melakukan pembunuhan anda berteriak kegirangan...
15. Di Koran Tempo, ada seorang ibu yang menjadi saksi kejadian tersebut mengatakan bahwa saat malam kejadian “suasananya hening, sampai kodok dan Jangkrik pun tidak berbunyi” , Ibu ini terlalu banyak bermain Tahayul dan seolah olah pelaku penyerangan menguasai ilmu gendam atau sihir jenis Hipnotis, Amerika sudah kencingin bulan ibu ini masih Tahayul, kemudian ibu ini berkata “ suasana seperti kejadian G-30 S/PKI,” ditambahkan oleh wartawan “ saya nonton di Film”, anda perhatikan pembentukan Opini oleh Polri melalui Wartawan Tempo ini, ibu ini berusia 44 tahun, jika dikaitkan dengan peritiwa PKI, ibu ini belum lahir, makanya oleh wartawan ditambahkan “Kejadian PKI ibu ini tahu dari Film” ketahuan bohongnya.
16. Para pelaku penyerangan meledakkan Granad, tapi aneh tidak ada Pintu maupun jendela yang rusak, apalagi mengenai pelaku, jika benar itu Granat mengapa pintu tidak ada serpihan Pecahan Gradat di Pintu ?, jika itu bahan peledak, bararti itu adalah C-4, di Indonesia yang memiliki Bahan Peledak C-4 hanyalah Densus-88, begajulnya Amerika.
17. Pelaku meledakkan Pintu dengan Gradat, kedengarannya Aneh, abagaimana mungkin meledakkan Granat dalam Ruangan, tapi pecahannya tidak mengenai siapapun ? termasuk saksi yang melihat dan mendengar Ledakkan. lucu banget bro....
18. di TKP hanya terdapat 13 Selongsong munisi, sekarang mulai di buat buat, seolah olah terlihat brutal dan sadis, belakangan ditemukan 31 proyektil di tubuh ke 4 korban, teorinya Amerika dipakai, dinggal angkanya di balik. bertambah lagi kebodohan aparat ini, sama dengan kasus antasari, sangat aneh dan janggal, senapan Munisi 7,62 mm pelornya bersarang di badan? jika manusia di jejer 4 orang kemudian ditembakkan dengan Senapan AK-47 maka ke 4 orang tersebut akan tembus, jadiiiii, TIDAK MUNGKIN MUNISI KALIBER 7,62 MM, bersarang di badan.
19. Yang Tahu LP Sleman siapa ?
Yang menyidik siapa ?
Yang menangkap siapa ?
Yang Yang menahan siapa ?
Yang memasukkan ke LP siapa
Yang berhubungan dengan Ka Lapas siapa ?
Yang memasukkan tahanan ke Ruang Tahanan Siapa ?
Yang membagi ruangan siapa ?
Yang tahu letak CCTV siapa ?
Yang mematikan CCTV DI jalan siapa ?
SEMUA JAWABANNYA ADALAH POLISI DAN WEWENANG KEPOLISIAN
BERARTI, PELAKUNYA ADALAH POLISI, YANG TERLATIH DIPOLISI ADALAH BRIMOB, YANG MENGUASAI BOM ADALAH GEGANA DAN UNIT ZIBOM DENSUS-88
20. MASYARAKAT INDONESIA, HARUS CERDAS DAN TELITI JIKA MENDENGAR KETERANGAN DARI BELATUNG KEPOLISIAN, Komisaris Besar Mulut Kris Erlangga, Direktur Reserse Polda Istimewa Yogyakarta,
"Buat saya itu (posting-an penjelasan ) sampah dan Bangkai busuk,"saya punya alasan untuk mengatakan demikian, Polirisi adalah Penipu, seluruh anggota Kotikan yang terlibat Kartel Narkoba, Menyetor sejumlah uang kepada Polisi Culas ini, anda ingin bukti, saya akan berikan buktinya, dibawah ini adalah 2 dari tiga Kartel Narkoba yang tidak disentuk oleh Kasar Reskrim ini, 2 oprang ini terlibat pengeroyokan Serka Santoso di Kafe Hugos, yang kanan adalah HARUN, tengah Decky dan yang paling Kiri adalah DAVID, mengapa 2 orang ini tidak ditahan ? silahkan anda tanyakan Komisaris Besar Mulut Kris Erlangga, Direktur Reserse Polda Istimewa Yogyakarta, "Wujudnya Manusia tapi tingkah lakunya membuat Malu Iblis dan Setan"
APAKAH SAYA HANYA MENGARANG NGARANG ?
TANYAKAN KEPADA POLISI DIMANA KEBERADAAN 2 ORANG DI GAMBAR DI BAWAH INI
2 orang Pelaku pengeroyokan Serka Santoso, yang sampai saat ini masih ditutupi dan dilindungi oleh Polda Jogja
Yang paling Kanan adalah HARUN, tengah Decky (tewas di LP) dan yang Kiri adalah David. 2 orang ini adalah bagian dari Kartel Narkoba Jogja dan Anggota Kotikam.
SARAN :
1. Buat P[ak Ahmad Yani, Saya sebenarnya orang yang Kagum dengan Bapak, sampai saat ini, saya mencatut nama Bapak bukan berarti saya memnbeci Bapak, tapi sebagai sesama anak Bangsa kita wajib saling mengingatkan, karena saya mencintai bapak, mengkritik bukan berarti membenci, bisa jadi saya mencintai bapak.
2. Buat Jend Purn Wiranto, Bapak sudah pensiun Pak, Urus Partai Saja, bapak sudah seringkali mencubit Prajurit dengan sangat keras, saya berharap Bapak untuk diam, Kita sama-sama keras Pak, Sama sama Cadas. Kami Prajurit TNI sekarang ini bukanlah seperti Prajurit di zaman Pak Wiranto, SUDAH TIDAK ADA LAGI PAK, TENTARA MERAH PUTIH DAN TENTARA HIJAU, BAPAK SUDAH TIDAK BISA MENGKOTAK-KOTAK KAMI LAGI SEPERTI DULU. DI DADA KIRI KAMI TERTULIS DENGAN JELAS "TNI" hanya tugas kami saja yang berbeda, ada yang di Darat, di Laut dan Di udara. Tembok Kita sama-sama punya Mata, Jendela dan Pintu kita Sama-sama Punya telinga, jangan sampai kami yang mendahului membukanya. tentu Bapak masih ingat saat kerusuhan Mei 1998, keluarga Bapak dititipkan di Asrama Grup-2 Kopassus Kartosuro, Kami siang dan malam tanpa lelah menjaga mereka dengan sepenuh hati, bahkan kami tidak memikirkan keluarga kami. itu hanya contoh kecil Pak. sebenarnya tidak Pantas kami buka, Tapi Bapak sudah melampaui Batas. dan saya berani katakan kepada Bapak, bahwa senior senior kami lebih hebat dari Bapak. dibanding dengan Pak Wismoyo, Pak Agum Gumelar, Pak Sintong Panjaitan, Pak Faisal Tanjung, Pak Edi Sudrajat, Pak Yogie SM, Pak Benny, Pak Mung, Pak Tarub dll, Pak Wiranto tidak ada apa-apanya dibanding merak.
3. Kepada Pihak-pihak yang selalu mengkaitkan kejadian di Sleman kepada Kopassus, "KAMI TIDAK PERNAH KEMANA-MANA, TAPI ADA DIMANA-MANA".
4. Kepada Yang terhormat Pangdam-IV / Diponegoro, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak atas pembelaan Bapak kepada Prajurit. Bapak adalah sumber Inspirasi Saya menulis fakta dan bukti ini agar semua Rakyat Indonesia Tahu, bahwa Bapak tidak berbohong dan bapak adalah seorang Ksatria. Saat saya menonton Bapak di Televisi, saya terharu Pak, Bagaimana seorang Pimpinan seorang Perwira tinggi membela prajuritnya. teringat Ucapan Napoleon "Tidak ada Prajurit yang bersalah, yang bersalah adalah Pimpinannya" kata - kata ini akan kami balik Pak, "Jika kami bersalah, Kami siap, dan akan bertanggung jawab", disaat Ulang Tahun Kopassus Nanti kami sangat Berharap Bapak Pangdam Hadir, KAMI AKAN MENGGUSUNG BAPAK DIATAS KEPALA, PANTANG BAPAK MENGINJAK TANAH SAMPAI DITEMPAT DUDUK BAPAK"
KEPADA PANGDAM IV DIPONEGORO.... HORMAT SENJATAAAAAAA GERAK.!
Penghormatan ini tidak akan turun sampai kasus ini selesai dan Bapak Pangdam menulis satu kata di sini !
TUHAN BERSAMA KITA
Sumber :
1. Gambar kiriman dari Brimob Polda Jogja
2. Saksi kejadian di Kafe Hugos
3. Pegawai Lapas Sleman
kebenaran akan terungkap pada waktunya, walaupun mereka mencoba untuk menutupinya tetapi semuanya akan terbongkor juga... untuk semuanya jangan mudah menyerah pada kebenaran saudaraku
ReplyDelete